Senin, 27 Februari 2012

DKI Jakarta

Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman initampilkan/sembunyikan detail
Perlindungan penuh
Untuk kegunaan lain dari Jakarta, lihat Jakarta (disambiguasi).
"DKI" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari DKI, lihat DKI (disambiguasi).
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
— Provinsi —
(Dari atas, kiri ke kanan): Kota Tua Jakarta, Bundaran Hotel Indonesia, Cakrawala Jakarta, Stadion Gelora Bung Karno, Taman Mini Indonesia Indah, Monumen Nasional, Istana Merdeka, Masjid Istiqlal
Lambang Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Lambang
Motto: "Jaya Raya"
("Jaya dan Besar (Agung)")
Peta lokasi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Negara Indonesia
Hari jadi 22 Juni 1527 (hari jadi)
Dasar hukum UURI Nomor 29 Tahun 2007
Ibu kota Jakarta
Koordinat 5° 19' 12" - 6° 23' 54" LS
106° 22' 42" - 106° 58' 18" BT
Pemerintahan
- Gubernur Fauzi Bowo
- DAU Rp. 209.909.442.000,- (2011)[1]
Luas
- Total 740,3 km2
Populasi (2010)[2]
- Total 9.588.198
- Kepadatan 12.951,8/km²
Demografi
- Suku bangsa Jawa (35,16%), Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minang (3,18%), Melayu (1,62%), Lain-lain (7,98%).[3]
- Agama Islam (83%), Protestan (6,2%), Katolik (5,7%), Buddha (3,5%), Hindu (1,2%)[4]
- Bahasa Indonesia, Betawi, Jawa, Sunda, Minangkabau, Batak, Inggris.
Zona waktu WIB (UTC+7)
Kabupaten 1
Kota 5
Kecamatan 44
Desa/kelurahan 267
Situs web www.jakarta.go.id
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972).
Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 9.588.198 jiwa (2010).[5] Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,[6] merupakan metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia.[7]
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Sejarah
o 1.1 Etimologi
o 1.2 Sunda Kelapa (397–1527)
o 1.3 Jayakarta (1527–1619)
o 1.4 Batavia (1619–1942)
o 1.5 Jakarta (1942–Sekarang)
* 2 Ekonomi
* 3 Budaya dan Bahasa
* 4 Transportasi
o 4.1 Dalam kota
o 4.2 Transjakarta
o 4.3 Kereta Listrik
o 4.4 Luar kota
* 5 Kependudukan
o 5.1 Agama
+ 5.1.1 Tempat peribadatan
o 5.2 Etnis
* 6 Geografi
o 6.1 Iklim
o 6.2 Taman kota
* 7 Lingkungan
* 8 Pemerintahan
o 8.1 Gubernur
o 8.2 Perwakilan
o 8.3 Kedutaan besar
* 9 Pendidikan
* 10 Pariwisata
o 10.1 Wisata Keluarga
o 10.2 Wisata Sejarah
o 10.3 Wisata Belanja
* 11 Pusat perbelanjaan
o 11.1 Jakarta Pusat
o 11.2 Jakarta Barat
o 11.3 Jakarta Utara
o 11.4 Jakarta Selatan
o 11.5 Jakarta Timur
o 11.6 Pasar tradisional
* 12 Olahraga
* 13 Media
o 13.1 Surat kabar
o 13.2 Televisi
o 13.3 Radio
* 14 Permasalahan
o 14.1 Permasalahan sosial
o 14.2 Jumlah pendatang di Jakarta (2002-2005)
o 14.3 Banjir
* 15 Makanan
* 16 Kota kembar
* 17 Lihat pula
* 18 Catatan kaki
* 19 Pranala luar

[sunting] Sejarah

Lihat pula: Sunda Kelapa, Kerajaan Sunda dan Sejarah Batavia

Peta Batavia (sekarang Jakarta) tahun 1888.
[sunting] Etimologi
Nama Jakarta digunakan sejak masa penjajahan Jepang tahun 1942, untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda tahun 1905.[8] Nama ini dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta (Dewanagari जयकृत), yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai "kota kemenangan" atau "kota kejayaan", namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha".
Bentuk lain ejaan nama kota ini telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis João de Barros dalam Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan "Xacatara dengan nama lain Caravam (Karawang)".[9] Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca ahli epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah wong Jaketra,[10] demikian pula nama Jaketra juga disebutkan dalam surat-surat Sultan Banten[11] dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47)[12] sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat.[13] Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning van Jacatra (raja Jakarta).[14]
[sunting] Sunda Kelapa (397–1527)
Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kelapa, berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti ibu kota) dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang disebut Sundapura.
Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.
[sunting] Jayakarta (1527–1619)
Bangsa Portugis merupakan Bangsa Eropa pertama yang datang ke Jakarta. Pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, dimana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda disana termasuk syahbandar pelabuhan. Penetapan hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, walikota Jakarta, pada tahun 1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti "kota kemenangan". Selanjutnya Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang menjadi sultan di Kesultanan Banten.
[sunting] Batavia (1619–1942)
Pasukan Pangeran Jayakarta menyerahkan tawanan Belanda kepada Pangeran Jayakarta
Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal abat ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. (Lihat Batavia). Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama suku Betawi. Waktu itu luas Batavia hanya mencakup daerah yang saat ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah ada masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada zaman kolinialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Maka di Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.
Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.[15] Dengan selesainya Koningsplein (Gambir) pada tahun 1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Tanggal 1 April 1905 di Ibukota Batavia dibentuk dua kotapraja atau gemeente, yakni Gemeente Batavia dan Meester Cornelis. Tahun 1920, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini menjadi tempat baru bagi petinggi Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Pada tahun 1935, Batavia dan Meester Cornelis (Jatinegara) telah terintegrasi menjadi sebuah wilayah Jakarta Raya.[16]
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Jawa yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Batavia menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.
[sunting] Jakarta (1942–Sekarang)
Penjajahan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia menjadi Djakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.
Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah walikota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang menjadi gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilakukan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.[17]
Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat lebih dari dua kali. Berbagai kantung pemukiman kelas menengah baru kemudian berkembang, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan. Pusat-pusat pemukiman juga banyak dibangun secara mandiri oleh berbagai kementerian dan institusi milik negara seperti Perum Perumnas.
Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melakukan pembangunan proyek besar, antara lain Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bisnis kota, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat pemukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.
Laju perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan pada masa-masa kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta masih harus bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.
Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang memakan korban banyak etnis Tionghoa. Gedung MPR/DPR diduduki oleh para mahasiswa yang menginginkan reformasi. Buntut kerusuhan ini adalah turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. (Lihat Kerusuhan Mei 1998).
[sunting] Ekonomi
Selain sebagai pusat pemerintahan, Jakarta juga merupakan pusat bisnis dan keuangan. Di samping Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia, kantor-kantor pusat perusahaan nasional banyak berlokasi di Jakarta. Saat ini, lebih dari 70% uang negara, beredar di Jakarta.[18]
Jakarta merupakan salah satu kota di Asia dengan masyarakat kelas menengah cukup besar. Pada tahun 2009, 13% masyarakat Jakarta berpenghasilan di atas US$ 10.000. [19] Jumlah ini, menempatkan Jakarta sejajar dengan Singapura, Shanghai, Kuala Lumpur dan Mumbai.
[sunting] Budaya dan Bahasa
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Suku Betawi
Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Jakarta merupakan daerah tujuan urbanisasi berbagai ras di dunia dan berbagai suku bangsa di Indonesia, untuk itu diperlukan bahasa komunikasi yang biasa digunakan dalam perdagangan yaitu Bahasa Melayu. Penduduk asli yang berbahasa Sunda pun akhirnya menggunakan bahasa Melayu tersebut.
Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng, dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[20] yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Melayu dialek Betawi. Untuk penduduk asli di Kampung Jatinegara Kaum, mereka masih kukuh menggunakan bahasa leluhur mereka yaitu bahasa Sunda.
Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura, Bugis, Inggris dan Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat berbagai suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar berbagai suku bangsa, digunakan Bahasa Indonesia.
Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata yang kadang-kadang dicampur dengan bahasa asing. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak digunakan, terutama untuk kepentingan diplomatik, pendidikan, dan bisnis. Bahasa Mandarin juga menjadi bahasa asing yang banyak digunakan, terutama di kalangan pebisnis Tionghoa.
[sunting] Transportasi
[sunting] Dalam kota
Peta jalur Transjakarta
Di DKI Jakarta, tersedia jaringan jalan raya dan jalan tol yang melayani seluruh kota, namun perkembangan jumlah mobil dengan jumlah jalan sangatlah timpang (5-10% dengan 4-5%).
Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI, tercatat 46 kawasan dengan 100 titik simpang rawan macet di Jakarta. Definisi rawan macet adalah arus tidak stabil, kecepatan rendah serta antrean panjang. Selain oleh warga Jakarta, kemacetan juga diperparah oleh para pelaju dari kota-kota di sekitar Jakarta seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor yang bekerja di Jakarta. Untuk di dalam kota, kemacetan dapat dilihat di Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, Jalan Rasuna Said, Jalan Satrio, dan Jalan Gatot Subroto. Kemacetan sering terjadi pada pagi dan sore hari, yakni di saat jam pergi dan pulang kantor.
Untuk melayani mobilitas penduduk Jakarta, pemerintah menyediakan sarana bus PPD. Selain itu terdapat pula bus kota yang dikelola oleh pihak swasta, seperti Mayasari Bhakti, Metro Mini, Kopaja, dan Bianglala. Bus-bus ini melayani rute yang menghubungkan terminal-terminal dalam kota, antara lain Pulogadung, Kampung Rambutan, Blok M, Kalideres, Grogol, Tanjung Priok, Lebak Bulus, Rawamangun, dan Kampung Melayu.
Untuk angkutan lingkungan, terdapat angkutan kota seperti Mikrolet dan KWK, dengan rute dari terminal ke lingkungan sekitar terminal. Selain itu ada pula ojek, bajaj, dan bemo untuk angkutan jarak pendek. Tidak seperti wilayah lainnya di Jakarta yang menggunakan sepeda motor, di kawasan Tanjung Priok dan Jakarta Kota, pengendara ojek menggunakan sepeda ontel. Angkutan becak masih banyak dijumpai di wilayah pinggiran Jakarta seperti di Bekasi, Tangerang, dan Depok.
[sunting] Transjakarta
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Transjakarta
Bus Transjakarta (Busway).
Sejak tahun 2004, Pemerintah Daerah DKI Jakarta telah menghadirkan layanan transportasi umum yang dikenal dengan TransJakarta. Layanan ini menggunakan bus AC dan halte yang berada di jalur khusus. Saat ini ada sebelas koridor Transjakarta yang telah beroperasi, yaitu :

* Koridor 1 Blok M - Stasiun Kota
* Koridor 2 Pulogadung - Harmoni
* Koridor 3 Kalideres - Harmoni
* Koridor 4 Pulogadung - Dukuh Atas
* Koridor 5 Kampung Melayu - Ancol
* Koridor 6 Ragunan - Latuharhary - Dukuh Atas
* Koridor 7 Kampung Rambutan - Kampung Melayu
* Koridor 8 Lebak Bulus - Harmoni
* Koridor 9 Pinang Ranti - Pluit
* Koridor 10 Cililitan - Tanjung Priok
* Koridor 11 Kampung Melayu - Pulo Gebang

[sunting] Kereta Listrik
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: KRL Jabotabek
Kereta api Listrik (KRL) Jabotabek
Selain bus kota, angkutan kota, dan bus Transjakarta, sarana transportasi andalan masyarakat Jakarta adalah kereta listrik atau yang biasa dikenal dengan KRL Jabotabek. Kereta listrik ini beroperasi dari pagi hari hingga malam hari, melayani masyrakat penglaju yang bertempat tinggal di seputaran Jabotabek. Ada beberapa jalur kereta listrik, yakni

* Jalur Jakarta Kota - Bogor, lewat Gambir, Manggarai, Pasar Minggu, dan Depok
* Jalur Jakarta Kota - Bekasi/Cikarang, lewat Pasar Senen, Jatinegara, dan Cakung
* Jalur Jakarta Kota - Tangerang, lewat Angke, Cengkareng, dan Poris.
* Jalur Jakarta Kota - Serpong, lewat Angke, Tanah Abang, dan Kebayoran Lama.
* Jalur Tanah Abang - Bogor, lewat Sudirman, Manggarai, Pasar Minggu, dan Depok.
* Jalur Tanah Abang - Bekasi, lewat Sudirman, Manggarai, Jatinegara, dan Cakung.
* Jalur Tanjung Priok - Bekasi, lewat Pasar Senen, Jatinegara, dan Cakung.
* Jalur Manggarai - Serpong, lewat Sudirman, Tanah Abang, Kebayoran Lama.
* Jalur Lingkar, lewat Jakarta Kota, Pasar Senen, Jatinegara, Manggarai, dan Tanah Abang

[sunting] Luar kota
Untuk ke kota-kota di Pulau Jawa, bisa dicapai dari Jakarta dengan jaringan jalan dan beberapa ruas jalan tol. Jalan tol terbaru adalah Jalan Tol Cipularang yang mempersingkat waktu tempuh Jakarta-Bandung menjadi sekitar 2 - 3 jam. Selain itu juga tersedia layanan kereta api yang berangkat dari enam stasiun pemberangkatan di Jakarta. Untuk ke Pulau Sumatera, tersedia ruas jalan tol Jakarta-Merak yang kemudian dilanjutkan dengan layanan penyeberangan dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni. Untuk ke luar pulau dan luar negeri, Jakarta memiliki satu pelabuhan laut di Tanjung Priok dan dua bandar udara yaitu:
Bandara Soekarno Hatta Terminal 3

* Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng Banten yang berfungsi sebagai pintu masuk utama ke Indonesia. Dari dan ke Bandara Soekarno Hatta, tersedia bus Damri yang mengantarkan penumpang dari dan ke Gambir, Rawamangun, Blok M, Pasar Minggu, Kampung Rambutan, Bogor, dan Bekasi, dll
* Bandara Halim Perdanakusuma yang banyak berfungsi untuk melayani penerbangan kenegaraan serta penerbangan jarak pendek.

Untuk mendukung laju mobilitas penduduk, Jakarta membangun sejumlah jalan tol yaitu Tol Dalam Kota, Tol Lingkar Luar, Tol Bandara, serta ruas tol Jakarta-Cikampek, Jakarta-Bogor-Ciawi, dan Jakarta-Merak, yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya. Selain itu, juga sedang dibangun ruas tol dalam kota yang menghubungkan Bekasi Utara-Cawang-Kampung Melayu. Pemerintah juga berencana membangun Tol Lingkar Luar tahap kedua yang melingkar dari Bandara Soekarno Hatta-Tangerang-Serpong-Cinere-Cimanggis-Cibitung-Tanjung Priok.
Pemerintah Daerah DKI Jakarta tengah mempersiapkan pembangunan kereta bawah tanah (subway) yang dananya diperoleh dari pinjaman lunak negara Jepang. Untuk lintasan kereta api, pemerintah sedang menyiapkan double-double track pada jalur lintasan kereta api Manggarai-Cikarang. Selain itu juga, saat ini sedang direncanakan untuk membangun jalur kereta api dari Manggarai menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng.
[sunting] Kependudukan
Tahun Jumlah penduduk
1870 65.000
1875 99.100
1880 102.900
1883 97.000
1886 100.500
1890 105.100
1895 114.600
1901 115.900
1905 138.600
1918 234.700
1920 253.800
1925 290.400
1928 311.000
1930 435.184

Tahun/Tanggal Jumlah penduduk
1940 533.000
1945 600.000
1950 1.733.600
1959 2.814.000
31 Oktober 1961 2.906.533
24 September 1971 4.546.492
31 Oktober 1980 6.503.449
31 Oktober 1990 8.259.639
30 Juni 2000 8.384.853
1 Januari 2005 8.540.306
1 Januari 2006 7.512.323
Juni 2007 7.552.444
2010 9.588.198 *
* Sensus Penduduk 2010
Jumlah penduduk Jakarta sekitar 9.588.198 jiwa (2010), namun pada siang hari, angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Kota/Kabupaten yang paling banyak penduduknya adalah Jakarta Timur dengan 2.131.341 penduduk, sementara Kepulauan Seribu adalah kabupaten dengan paling sedikit penduduk, yaitu 19.545 jiwa.
[sunting] Agama
Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini adalah Islam (84,4%), Kristen Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu (1,2 %), dan Buddha (3,5 %)[21] Jumlah umat Buddha terlihat agak besar mungkin karena umat Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya. Angka ini tidak jauh berbeda dengan keadaan pada tahun 1980, dimana umat Islam berjumlah 84,4%; diikuti oleh Protestan (6,3%), Katolik (2,9%), Hindu dan Buddha (5,7%), serta Tidak beragama (0,3%)[22] Menurut Cribb, pada tahun 1971 penganut agama Kong Hu Cu secara relatif adalah 1,7%. Pada tahun 1980 dan 2005, sensus penduduk tidak mencatat agama yang dianut selain keenam agama yang diakui pemerintah.
[sunting] Tempat peribadatan
Berbagai tempat peribadatan agama-agama dunia dapat dijumpai di Jakarta. Masjid dan mushala, sebagai rumah ibadah umat Islam, tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan hampir di setiap lingkungan. Masjid terbesar adalah masjid nasional, Masjid Istiqlal, yang terletak di Gambir. Sejumlah masjid penting lain adalah Masjid Agung Al-Azhar di Kebayoran Baru, Masjid At Tin di Taman Mini, dan Masjid Sunda Kelapa di Menteng.
Sedangkan gereja besar yang terdapat di Jakarta antara lain, Gereja Katedral Jakarta, Gereja Santa Theresia di Menteng, dan Gereja Santo Yakobus di Kelapa Gading untuk umat Katolik. Masih dalam lingkungan di dekatnya, terdapat bangunan Gereja Immanuel yang terletak di seberang Stasiun Gambir bagi umat Kristen Protestan. Selain itu, ada Gereja Koinonia di Jatinegara, Gereja Sion di Jakarta Kota, Gereja Kristen Toraja di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Bagi umat Hindu yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya, terdapat Pura Adhitya Jaya yang berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, dan Pura Segara di Cilincing, Jakarta Utara. Rumah ibadah umat Buddha antara lain Vihara Dhammacakka Jaya di Sunter, Vihara Theravada Buddha Sasana di Kelapa Gading, dan Vihara Silaparamitha di Cipinang Jaya. Sedangkan bagi penganut Konghucu terdapat Kelenteng Jin Tek Yin. Jakarta juga memiliki satu sinagoga yang digunakan oleh pekerja asing Yahudi.[rujukan?]
[sunting] Etnis
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 35,16%, Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minangkabau (3,18%), Melayu (1,62%), Bugis (0,59%), Madura (0,57%), Banten (0,25%), dan Banjar (0,1%)[23]
Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung[24]
Orang Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah pemukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara, selain perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang.[25] Disamping etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang, di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota Jakarta.
Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis, serta orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.[24]
Etnis di Jakarta pada tahun 1930, 1961, dan 2000 Etnis Tahun 1930 [26] Tahun 1961 [24] Tahun 2000 [27]
Jawa 11,01% 25,4% * 35,16%
Betawi 36,19% 22,9% 27,65%
Sunda 25,37% 32,85% 15,27%
Tionghoa 14,67% 10,1% 5,53%
Batak 0,23% 1,0% 3,61%
Minangkabau 0,60% 2,1% 3,18%
Melayu 1,13% 2,8% 1,62%
Bugis -- 0,6% 0,59%
Madura 0,05% -- 0,57
Banten -- -- 0,25
Banjar -- 0,20 0,10
Minahasa 0,70% 0,70 --
Lain-lain 10,05% 1,35% 6,47%
* Catatan: Termasuk Suku Madura di dalamnya
[sunting] Geografi
Jakarta berlokasi di sebelah utara Pulau Jawa, di muara Ciliwung, Teluk Jakarta. Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata 8 meter dpl. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Sebelah selatan Jakarta merupakan daer`h pegunungan dengan curah hujan tinggi. Jakarta dilewati oleh 13 sungai yang semuanya bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah Ciliwung, yang membelah kota menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta berbatasan dengan provinsi Jawa Barat dan di sebelah barat berbatasan dengan provinsi Banten.
Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di Teluk Jakarta. Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota.
[sunting] Iklim
Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter . Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C .[28]. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).[29]
[sembunyikan]Data iklim untuk Jakarta
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 29.9
(85.8) 30.3
(86.5) 31.5
(88.7) 32.5
(90.5) 32.5
(90.5) 31.4
(88.5) 32.3
(90.1) 32.0
(89.6) 33.0
(91.4) 32.7
(90.9) 31.3
(88.3) 32.0
(89.6) 31,8
(89,2)
Rata-rata terendah °C (°F) 24.2
(75.6) 24.3
(75.7) 25.2
(77.4) 25.1
(77.2) 25.4
(77.7) 24.8
(76.6) 25.1
(77.2) 24.9
(76.8) 25.5
(77.9) 25.5
(77.9) 24.9
(76.8) 24.9
(76.8) 25,0
(77)
Presipitasi mm (inches) 384.7
(15.146) 309.8
(12.197) 100.3
(3.949) 257.8
(10.15) 133.4
(5.252) 83.1
(3.272) 30.8
(1.213) 34.2
(1.346) 29.0
(1.142) 33.1
(1.303) 175.0
(6.89) 84.0
(3.307) 1.655,2
(65,165)
Rata-rata hari berhujan 26 20 15 18 13 17 5 24 6 9 22 12 187
Sumber: World Meteorological Organisation [30]
[sunting] Taman kota
Jakarta memiliki banyak taman kota yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Taman Monas atau Taman Medan Merdeka merupakan taman terluas yang terletak di jantung Jakarta. Di tengah taman berdiri Monumen Nasional yang dibangun pada tahun 1963. Taman terbuka ini dibuat oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1870) dan selesai pada tahun 1910 dengan nama Koningsplein. Di taman ini terdapat beberapa ekor kijang dan 33 pohon yang melambangkan 33 provinsi di Indonesia.[31]
Taman Suropati terletak di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Taman berbentuk oval dengan luas 16,322 m2 ini, dikelilingi oleh beberapa bangunan Belanda kuno. Di taman tersebut terdapat beberapa patung modern karya artis-artis ASEAN, yang memberikan sebutan lain bagi taman tersebut, yaitu "Taman persahabatan seniman ASEAN".[32]
Taman Lapangan Banteng merupakan taman lain yang terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Luasnya sekitar 4,5 ha. Disini terdapat Monumen Pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1970-an, taman ini digunakan sebagai terminal bus. Kemudian pada tahun 1993, taman ini kembali diubah menjadi ruang publik, tempat rekreasi, dan juga kadang-kadang sebagai tempat pertunjukan seni.[33]
[sunting] Lingkungan
Jakarta merupakan salah satu kota terbersih di Indonesia. Pada tahun 2010, lima wilayah kota di Jakarta meraih penghargaan Bangun Praja kategori "Kota Terbersih dan Terindah di Indonesia" (dulu disebut "Adipura"). Salah satu faktor penentu keberhasilan tersebut adalah keberadaan kawasan Menteng dan Kebayoran Baru yang asri dan bersih.
Selain Menteng dan Kebayoran Baru, banyak wilayah lain di Jakarta yang sudah bersih dan teratur. Pemukiman ini biasanya dikembangkan oleh pengembang swasta, dan menjadi tempat tinggal masyarakat kelas menengah. Pondok Ind`h, Kelapa Gading, Pulo Mas, dan Cempaka Putih, adalah beberapa wilayah pemukiman yang bersih dan teratur. Namun di beberapa wilayah lain Jakarta, masih nampak pemukiman kumuh yang belum teratur. Pemukiman kumuh ini berupa perkampungan dengan tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi, serta banyaknya rumah yang dibangun secara berhimpitan di dalam gang-gang sempit. Beberapa wilayah di Jakarta yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi antara lain, Tanjung Priok, Johar Baru, Pademangan, Sawah Besar, dan Tambora.
[sunting] Pemerintahan
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemerintahan DKI Jakarta
Peta DKI Jakarta tanpa Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.
Dasar hukum bagi DKI Jakarta adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU ini menggantikan UU Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta serta UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta yang keduanya tidak berlaku lagi.
Jakarta berstatus setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang gubernur. Berbeda dengan provinsi lainnya, Jakarta hanya memiliki pembagian di bawahnya berupa kota administratif dan kabupaten administratif, yang berarti tidak memiliki perwakilan rakyat tersendiri.
DKI Jakarta memiliki status khusus sebagai Daerah Khusus Ibukota. DKI Jakarta ini dibagi kepada lima kota dan satu kabupaten, yaitu:
No. Kabupaten/Kota administrasi Ibu kota
1 Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Pulau Pramuka
2 Kota Administrasi Jakarta Barat -
3 Kota Administrasi Jakarta Pusat Menteng
4 Kota Administrasi Jakarta Selatan -
5 Kota Administrasi Jakarta Timur Jatinegara
6 Kota Administrasi Jakarta Utara Koja

[sunting] Gubernur
Daftar gubernur yang pernah memerintah DKI Jakarta
No Nama Masa Jabatan Keterangan
1
Suwiryo.jpg
Suwiryo
1945-1947 Sebagai Walikota Jakarta
2
Daan Jahja.jpg
Daan Jahja
1948-1950 Sebagai Walikota Jakarta
3
Suwiryo.jpg
Suwiryo
1950-1951 Sebagai Walikota Jakarta
4
Syamsurijal.jpg
Syamsurijal
1951-1953 Sebagai Walikota Jakarta
5
Sudiro.jpg
Sudiro
1953-1960 Sebagai Walikota Jakarta
6
Dr.H.Soemarno.gif
Dr. Soemarno
1960-1964 Masa jabatan pertama
7
Henk Ngantung2.JPG
Henk Ngantung
1964-1965
8
Dr.H.Soemarno.gif
Dr. Soemarno
1965-1966 Masa jabatan kedua







No Nama Masa Jabatan Keterangan
9
Ali sadikin.jpg
Ali Sadikin
1966-1977
10
Tjokropranolo2.jpg
Tjokropranolo
1977-1982
<$2Ftd>
11
R Soeprapto1.JPG
Soeprapto
1982-1987
12
Wiyogo dan Ali Sadikin.jpg
Wiyogo Atmodarminto
1987-1992
13
Soerjadi Soedirdja.jpg
Soerjadi Soedirdja
1992-1997
14
Sutiyoso.jpg
Sutiyoso
1997-2002 Masa jabatan pertama
15
Sutiyoso.jpg
Sutiyoso
2002-2007 Masa jabatan kedua
16
Fauzi Bowo Canisius.jpg
Fauzi Bowo
2007-2012
[sunting] Perwakilan
DKI Jakarta memiliki 21 perwakilan di DPR (dari tiga daerah pemilihan) dan empat orang untuk DPD. Keempat anggota DPD untuk periode 2009-2014 adalah H. Dani Anwar, Drs.H. A.M. Fatwa, H. Djan Faridz, dan Pardi.[34] Selain itu Berdasarkan hasil Pemilu Legislatif 2009, DPRD Jakarta memperoleh total 94 kursi yang didominasi oleh Partai Demokrat (32 kursi), PKS (18 kursi) dan PDI-P (11 kursi).[35]
Mayoritas dari anggota ini adalah wajah baru (70/94, sekitar 74%), dengan proporsi anggota perempuan 27/94 (meningkat dari periode sebelumnya, 11/56).[36]
[sunting] Kedutaan besar

Lihat pula: Daftar kedutaan besar di Jakarta

Di Jakarta terdapat 77 kedutaan besar.
[sunting] Pendidikan

Lihat pula: Daftar perguruan tinggi swasta di Jakarta

DKI Jakarta menyediakan sarana pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah ber-AC sampai yang sederhana.
Belakangan ini mulai muncul berbagai sekolah dengan kurikulum yang diserap dari negara lain seperti Singapura dan Australia. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan metode pengajaran yang berbeda, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu. Selain sekolah yang didirikan oleh pemerintah, banyak pula sekolah yang dikembangkan oleh pihak swasta, seperti Al-Azhar, Muhammadiyah, BPK Penabur, Kolese Kanisius (Canisius College ; CC), Don Bosco, Tarakanita, Santa Ursula dan Marsudirini.
DKI Jakarta juga menjadi lokasi berbagai universitas terkemuka, antara lain :

* Universitas Indonesia
* Universitas Negeri Jakarta
* Universitas Multimedia Nusantara
* Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
* Universitas Trisakti
* Universitas Atma Jaya
* Universitas Tarumanegara
* Universitas Gunadarma
* Universitas Bina Nusantara
* Universitas Indonusa Esa Unggul

[sunting] Pariwisata
Monumen Nasional yang berdiri di tengah Lapangan Merdeka
[sunting] Wisata Keluarga
Jakarta mempunyai beberapa tempat pariwisata yang terkenal dan biasa dikunjungi oleh para wisatawan lokal dan mancanegara diantaranya adalah:

* Taman Mini Indonesia Indah
* Pulau Seribu
* Kebun Binatang Ragunan
* Taman Impian Jaya Ancol, termasuk taman bermain Dunia Fantasi dan Seaworld Indonesia.

[sunting] Wisata Sejarah
Untuk wisata sejarah, Jakarta juga memiliki beberapa museum yang dapat dikunjungi diantaranya Museum Gajah dan Museum Fatahillah. Selain itu Jakarta juga memiliki beberapa monumen yang memiliki nilai sejarah. Banyak dari monumen-monumen ini yang didirikan atau dibangun pada masa presiden Soekarno, antara lain Monumen Nasional dan Monumen Selamat Datang. Hal ini didasari tekad Sukarno pada saat itu yang ingin membuat kota Jakarta sebagai kota monumental.[37]
[sunting] Wisata Belanja
Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata belanja, pemerintah mengadakan program "Enjoy Jakarta". Program ini diadakan di pusat-pusat perbelanjaan yang terdapat di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang unggul, pemerintah saat ini sedang mengembangkan poros Casablanca-Satrio sebagai poros wisata belanja. Di poros ini, selain sudah ada pusat perbelanjaan Mal Ambassador, ITC Kuningan, dan Rasuna Epicentrum, nantinya juga hadir pusat perbelanjaan Ciputra World Jakarta, Kuningan City, dan Kota Casablanca.
[sunting] Pusat perbelanjaan

!Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat Daftar pusat perbelanjaan di Jakarta.

Sejak awal tahun 1910, Pemerintah DKI Jakarta gencar membangun pusat-pusat perbelanjaan modern, atau biasa yang dikenal dengan mal dan plaza. Saat ini Jakarta merupakan salah satu kota di Asia yang banyak memiliki pusat perbelanjaan.[38] Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta memiliki luas yang cukup besar (lebih dari 100.000 m2). Di pusat-pusat perbelanjaan tersebut hadir berbagai waralaba internasional seperti Starbucks, Sogo, jaringan restoran siap saji McDonalds. Selain itu, perusahaan-perusahaan waralaba nasional juga memenuhi ruang pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti Es Teler 77, J.Co dan Bakmie Gajah Mada. Beberapa pusat perbelanjaan tersebut diantaranya adalah :
Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat.
[sunting] Jakarta Pusat

* Grand Indonesia, merupakan salah satu mal terluas dan paling prestisius di Indonesia. Mal ini terbagi menjadi dua distrik, yaitu West Mall dan East Mall. Mal yang terletak di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat ini, memiliki luas 250.000 m2, dan menjadi tempat bagi merek-merek papan atas, seperti Zara, Louis Vuitton, Marks & Spencer, Chanel, Burberry, Forever21, GAP, Gucci, Guess, Polo, dan Samuel & Kevin. Termasuk Toko Buku Gramedia. Di bagian bawah pusat perbelanjaan ini terdapat berbagai macam restoran yang dapat dinikmati oleh para pengunjung.
* Plaza Indonesia, terletak di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Dengan luas sekitar 42.540 m2, mall ini pernah menjadi tempat pertama berdirinya Sogo Department Store Indonesia, namun telah ditutup sejak tahun 2009. Di mall ini terdapat Debenhams Department Store, Louis Vuitton, Food Hall, dan Hard Rock Cafe. Mall ini terintergrasi dengan EX Plaza, Grand Hyatt Hotel Jakarta, The Plaza Office Tower, The Keraton Hyatt Residence, dan Kedutaan Besar Jepang.
* Plaza Senayan, merupakan mal besar di Jakarta yang terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini memiliki luas 130.500 m2. Di mall ini terdapat sejumlah department store kelas menengah keatas seperti Sogo Department Store dan Metro Department Store. Di mall ini juga terdapat toko buku yang terkenal di dunia, yakni Kinokuniya. Di bagian atrium mall ini terdapat sebuah jam raksasa buatan Seiko, Jepang. Jam ini terdiri dari 6 patung pemusik, setiap patung memainkan alat musik yang berbeda.
* Senayan City, terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini terletak berseberangan dengan Plaza Senayan dan berdekatan dengan Gelora Bung Karno. Mall ini memiliki luas 68.000 m2. Di atas mall ini terdapat menara kantor stasiun televisi SCTV.

[sunting] Jakarta Barat

* Central Park Mall, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini memiliki luas 167.000 m2. Desain mal ini meniru gaya unsur alam. Di mall ini terdapat sebuah food court yang asri, lalu terdapat Sogo Department Store, Carrefour, dan Central Park Furnishings. Mall ini terletak di kawasan Podomoro City yang dikembangkan oleh Agung Podomoro.
* Mal Taman Anggrek, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Dengan luas sekitar 130.000 m2, pusat perbelanjaan ini menyediakan lapangan ski indoor yang terbesar di Asia Tenggara.
* Mall Ciputra Jakarta, berada di lokasi yang sangat strategis, yakni berada di depan jalan tol dan diapit oleh 2 universitas tekenal. Mall ini terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini memiliki luas 80.000 m2. Diatas mall ini terdapat Hotel Ciputra Jakarta. Di mall ini terdapat Matahari Department Store dan Hero Supermarket.

[sunting] Jakarta Utara

* Mal Artha Gading, merupakan salah satu mal yang paling unik di Jakarta. Konsep interior mall ini meniru gaya sejarah Jalur Sutera. Mall ini memiliki 7 buah atrium, yakni atrium Nusantara, China, India, Persia, It`lia, Paris, dan Millenium. Mal ini memiliki luas 270.000 m2. Di mall ini terdapat Ace Hardware & Index, Diamond Supermarket, Electronic City, IT Center, Amazone, Artha XXI dan lain lain.
* Mal Kelapa Gading, terletak di Jalan Kelapa Gading Boulevard, Jakarta Utara. Dengan luas mencapai 147.000 m2, mal ini memiliki food court dan pusat mode terlengkap di Jakarta.
* Emporium Pluit Mall, terletak di Jalan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara. Dengan luas 61.243 m2, mall ini memiliki Sogo Department Store, Carrefour, dan anchor tenant lainnya. Mall ini dikembangkan oleh PT Pluit Propertindo.

[sunting] Jakarta Selatan

* Pondok Indah Mall, terletak di Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. Mall ini terdiri dari 2 bangunan utama yakni Pondok Indah Mall I dan II. Pondok Indah Mall II adalah mall terlengkap untuk memenuhi kebutuhan warga Jakarta Selatan. Di mall II ini terdapat Sogo Department Store, Metro Department Store, dan banyak tenant besar lainnya.
* Pacific Place Jakarta, terletak di kawasan SCBD. Di atas mall ini terdapat Ritz Carlton Hotel Pacific Place dan 2 menara Ritz Carlton Residence. Di mall ini terdapat M Pacific Place, Kidzania, Blitzmegaplex, Kem Chicks, dan tenant lainnya.
* Cilandak Town Square, terletak di Jalan TB. Simatupang, Jakarta Selatan. Mall ini terkenal sebagai pusat hiburan di Jakarta Selatan. Di mal ini terdapat banyak restoran, lounge, dan cafe.

[sunting] Jakarta Timur

* Cibubur Junction, terletak di Ciracas, Jakarta Timur. Mall ini memiliki luas 31.987 m2. Di mall ini terdapat Hypermart, Matahari Department Store, Cinema 21, Karisma Book Store, Timezone, dan anchor tenant lainnya.

Di samping pusat-pusat perbelanjaan mewah, Jakarta juga memiliki banyak pasar-pasar tradisional dan pusat perdagangan grosir antara lain: ITC Cempaka Mas, ITC Mangga Dua, ITC Roxy Mas, Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang yang menjadi pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, terdapat pula hypermarket yang menjadi tren belanja kalangan menengah di Jakarta antara lain: Carrefour, Hypermart, Giant, Ranch Market dan Lotte Mart. Untuk lingkup lingkungan lebih kecil tersedia pusat belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau seperti Indomaret dan Alfamart. Selain itu terdapat pula pasar tradisional seperti Pasar Baru, Pasar Minggu, Pasar Palmerah dan lain-lain. Di Jakarta terdapat pula beberapa pasar barang-barang yang unik dan antik seperti Jalan Surabaya dan Pasar Rawabening.
[sunting] Pasar tradisional
Jakarta memiliki nama-nama pasar sesuai dengan nama hari dalam sepekan. Namun dari nama-nama hari itu termasuk Pasar Minggu, Pasar Senen, Pasar Rebo, dan Pasar Jumat, dan kini menjadi nama sebuah daerah. Sementara, Pasar Selasa, Pasar Kamis, dan Pasar Sabtu, tidak terdengar lagi, konon karena terkalahkan oleh nama daerah. Nama pasar dikaitkan dengan nama hari karena dalam riwayatnya, aktivitas di pasar itu dilakukan pada hari tertentu. Misalnya, disebut Pasar Senen karena aktivitas di pasar tersebut dulunya selalu dilakukan setiap hari Senin. Kini nama tersebut menjadi sebuah kecamatan di wilayah Jakarta Pusat.
Dalam arsip Kolonial, pasar pertama kali didirikan oleh seorang tuan tanah berdarah Belanda bernama Yustinus Vinck di bagian selatan Castle Batavia pada tahun 1730an. Pasar itu bernama Vincke Passer yang saat ini dikenal dengan nama Pasar Senen. Vincke Passer merupakan pasar pertama yang menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai alat jual beli yang sah.
Kemudian masuk pada abad ke-19 atau di tahun 1801, pemerintah VOC memberikan kebijakan dalam perizinan membangun pasar kepada tuan tanah. Namun dengan peraturan pasar yang didirikan dibedakan menurut harinya. Vincke Passer buka setiap hari Senin, sehingga orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai Pasar Senen dan hingga saat ini nama tersebut masih melekat hingga diabadikan menjadi sebuah nama daerah.
Selain Vincke Passer yang buka hari Senin, ada juga pasar yang buka hari Selasa yakni Pasar Koja, pasar yang buka setiap hari Rabu adalah Pasar Rebo yang kini menjadi Pasar Induk Kramat Jati. Kemudian pasar yang buka setiap hari Kamis adalah Mester Passer yang kini disebut Pasar Jatinegara. Selanjutnya ada beberapa pasar yang buka di hari Jumat, sebut saja Pasar Lebakbulus, Pasar Klender, dan Pasar Cimanggis.
Untuk Pasar Sabtu, atau pasar yang bukanya setiap hari Sabtu adalah Pasar Tanah Abang. Sedangkan Pasar Minggu atau yang dulu dikenal dengan sebutan Tanjung Oost Passer buka pada hari Minggu. Perbedaan pengoperasian pasar ini dilakukan VOC dengan alasan keamanan serta faktor untuk mempermudah orang dalam berkunjung dan lebih mengenal suatu pasar.
Sayangnya, kebijakan berlakunya hari kerja pasar tak berlangsung lama. Sebab sejak VOC bangkrut akibat banyak pejabat yang korupsi, pemerintahan Belanda di Batavia diambil alih oleh Kerajaan Hindia-Belanda. Sejak zaman Hindia-Belanda, peraturan hari kerja pasar pun tak berlaku lagi, hingga sebagian besar pasar buka setiap hari, meski terlanjur menyandang nama hari sebagai nama pasar.
Di zaman Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 inilah banyak bermunculan pasar-pasar baru yang lebih modern, seperti Pasar Baru dan Pasar Glodok. Pasar-pasar yang muncul di era abad ke-19 akhir hingga awal abad ke-20 menjadi inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.
[sunting] Olahraga
Gelora Bung Karno pada acara AFC Cup 2007
Sejak masa Presiden Soekarno hingga saat ini, Jakarta sering menjadi tempat penyelenggaraan event-event olahraga berskala internasional, di antaranya pernah menjadi tuan rumah Asian Games di tahun 1962, Piala Asia di tahun 2007 dan beberapa kali menjadi tuan rumah Pesta Olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan Sea Games. Mayoritas masyarakat Jakarta gemar berolahraga. Sepak bola merupakan cabang permainan yang banyak diminati masyarakat, di samping bulu tangkis, bola voli, dan bola basket. Jakarta memiliki beberapa klub sepak bola profesional. Diantaranya Persija Jakarta Pusat dan Persitara Jakarta Utara, yang saat ini ikut berlaga di kompetisi Liga Super Indonesia.
Tempat-tempat olahraga di Jakarta antara lain: Gelora Bung Karno Senayan di Jakarta Pusat; Stadion Lebak Bulus, GOR Bulungan, Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan GOR Soemantri Brodjonegoro Kuningan di Jakarta Selatan; Stadion Tugu, Stadion Kamal, Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf Ancol, dan Sports Mall Kelapa Gading di Jakarta Utara; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun, Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung Senam DKI Radin Inten di Jakarta Timur
[sunting] Media
Jakarta menjadi lokasi kantor pusat hampir seluruh media nasional baik surat kabar, majalah, situs berita, radio, ataupun televisi.
[sunting] Surat kabar
Beberapa surat kabar yang terbit di Jakarta antara lain: Kompas, Harian Pelita, Suara Pembaruan, Indo Pos, Koran Jakarta, The Jakarta Post, Jurnal Nasional, Bisnis Indonesia, Investor Daily, Seputar Indonesia, Republika, Media Indonesia, Koran Tempo, Pos Kota, Warta Kota, R`kyat Merdeka, Lampu Hijau, Non'stop.
[sunting] Televisi
TVRI adalah stasiun televisi milik pemerintah yang berpusat di Jakarta. Selain TVRI beberapa stasiun televisi swasta lainnya juga berpusat di Jakarta: RCTI, SCTV, MNCTV, antv, Indosiar, MetroTV, Trans TV, Trans7, tvOne, Global TV.
Stasiun televisi lokal yang hanya mengudara di wilayah Jabodetabek antara lain: JakTV, O Channel, Spacetoon, Elshinta TV, DAAI TV, B Channel.
Stasiun Televisi Frekuensi Siaran percobaan Siaran mengudara Siaran berjaringan Siaran perusahaan
B-Channel 23 UHF 1 Januari 2008 1 November 2009 B-Channel Midea
Elshinta TV 35 UHF 24 Agustus 2005 24 Agustus 2006 Cakrawala Indosiar Karya Media Elang Mahkota Teknologi
DAAI TV 59 UHF 24 November 2006 24 Agustus 2007 DAAI Satellite Television Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
TVRI Jakarta 39 UHF 1979 1982 TVRI Stasiun Pusat Jakarta Televisi Republik Indonesia
Jak tv 55 UHF 28 Oktober 2004 16 Maret 2005 City TV Network Electronic City dan Mahaka Media
O Channel 33 UHF 2 Agustus 2004 16 Juni 2005 Surya Citra Media Elang Mahkota Teknologi
Spacetoon Jakarta 27 UHF 8 Agustus 2004 21 Maret 2005 Spacetoon International Spacetoon
TV3 34 UHF 1 Januari 2007 26 September 2011 SINDOtv Media Nusantara Citra
Kompas TV 28 UHF 13 Juli 2011 9 September 2011 Harian Kompas Kompas Gramedia
[sunting] Radio
Jakarta memiliki berbagai stasiun radio yaitu, beberapa di antaranya:

* Hard Rock 87.6 FM
* Mustang 88 FM
* ARH Global 88.4 FM
* i-Radio 89.6 FM
* Elshinta 90.00 FM
* Cosmopolitan 90.4 FM
* Radio Republik Indonesia Programma 1 91.20 FM
* Radio Sonora 92.00 FM
* PAS FM 92.40 FM
* Women Radio 94.30 FM
* U FM 94.7 FM
* 95.1 KISFM
* RAS 95.5 FM
* Radio A 96.7 FM
* Radio Dangdut Indonesia 97.1 FM
* Motion Radio Jakarta 97.5 FM
* Radio Sonora 92.0 FM
* FeMale Radio 97.9 FM
* Gen FM 98.7 FM
* Delta 99.1 FM
* JakFM 101.0 FM
* Trax 101.40 FM
* Prambors 102.20 FM
* Pop FM 103
* Radio 104.2 MSTRI FM
* MSTRI 104.2 FM
* Sindo Radio 104.60 FM
* Ramako 105.8
* Bens Radio 106.20 FM
* M Radio 106.6 FM
* Radio SSK 107.9 FM

[sunting] Permasalahan
Banjir merupakan masalah berkepanjangan yang terus melanda Jakarta.
[sunting] Permasalahan sosial
Sebagaimana umumnya kota megapolitan, kota yang berpenduduk diatas 10 juta, Jakarta memiliki masalah stress, kriminalitas, dan kemiskinan. Penyimpangan peruntukan lahan dan privatisasi lahan telah menghabiskan persediaan taman kota sehingga menambah tingkat stress warga Jakarta. Kemacetan lalu lintas, menurunnya interaksi sosial karena gaya hidup individualistik juga menjadi penyebab stress. Tata ruang kota yang tidak partisipatif dan tidak humanis menyisakan ruang-ruang sisa yang mengundang tindak laku kriminal. Penggusuran kampung miskin dan penggusuran lahan usaha informal oleh pemerintah DKI adalah penyebab aktif kemiskinan di DKI.
[sunting] Jumlah pendatang di Jakarta (2002-2005)
Tahun Eksodus Influks Perbedaan
2002 2.643.273 2.874.801 231.528
2003 2.816.384 3.021.214 204.830
2004 2.213.812 2.404.168 190.356
2005 ?
200.000-250.000*
Catatan: * perkiraan
Sumber: Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
[sunting] Banjir
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Banjir Kanal Jakarta
Pembangunan tanpa kendali di wilayah hilir, penyimpangan peruntukan lahan kota, dan penurunan tanah akibat eksploitasi air oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran air sistem sungai, yang menyebabkan terjadinya banjir besar di Jakarta.
Tata ruang kota yang sering berubah-ubah, menyebabkan polusi udara dan banjir sulit dikendalikan. Walaupun pemerintah telah menetapkan wilayah selatan Jakarta sebagai daerah resapan air, namun ketentuan tersebut sering dilanggar dengan terus dibangunnya perumahan serta pusat bisnis baru. Beberapa wilayah yang diperuntukkan untuk pemukiman, banyak yang beralih fungsi menjadi tempat komersial.
Untuk memperbaiki keadaan, Jakarta membangun dua banjir kanal, yaitu Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan air dari kali Cipinang ke arah timur, melalui daerah Pondok Bambu, Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing. Sedangkan Banjir Kanal Barat yang telah dibangun sejak zaman kolonial Belanda, mengaliri air melalui Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu Jakarta juga memiliki dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.
[sunting] Makanan
Jakarta merupakan kota internasional yang banyak menyajikan makanan khas dari seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak didiami oleh para ekspatriat asing, seperti di daerah Menteng, Kemang, Pondok Indah, dan daerah pusat bisnis Jakarta, tidak sulit untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang dan Korea. Makanan-makanan ini biasanya dijual dalam restoran-restoran mewah.
Di Jakarta, dan sepeti kota-kota besar lainnya di Indonesia, Rumah Makan Padang yang paling banyak dijumpai. Hampir di seluruh tempat di Jakarta, dengan mudah dijumpai rumah makan yang manyajikan masakan asal Minang ini. Jakarta juga memiliki makanan khasnya, yang paling terkenal adalah Kerak Telor, Soto Betawi, Kue Ape, Roti Buaya, Combro, Nasi uduk dan lain-lain. Selain itu di Jakarta juga bisa ditemukan makanan tradisional dari daerah misalnya makanan khas Jawa Timur, seperti Rawon, Rujak Cingur, dan Kupang Lontong.
[sunting] Kota kembar
Kota-kota yang memiliki hubungan kota kembar dengan Jakarta adalah:

* Bendera Belanda Amsterdam di Belanda
* Bendera Republik Rakyat Cina Beijing di Republik Rakyat Tiongkok
* Bendera Jerman Berlin di Jerman
* Bendera Hong Kong Hong Kong di Republik Rakyat Tiongkok
* Bendera Malaysia Kuala Lumpur di Malaysia
* Bendera Amerika Serikat Las Vegas di Amerika Serikat
* Bendera Britania Raya London di Britania Raya



* Bendera Filipina Metro Manila di Filipina
* Bendera Amerika Serikat New York City di Amerika Serikat
* Bendera Perancis Paris di Perancis
* Bendera Belanda Rotterdam di Belanda
* Bendera Korea Selatan Seoul di Korea Selatan
* Bendera Republik Rakyat Cina Shanghai di Republik Rakyat Tiongkok
* Bendera Australia Sydney di Australia



* Bendera Singapura Kota Singapura di Singapura
* Bendera Republik Cina Cina Taipei di Republik Cina
* Bendera Republik Rakyat Cina Tianjin di Republik Rakyat Tiongkok
* Bendera Jepang Tokyo di Jepang
* Bendera Kanada Toronto di Kanada
* Bendera Amerika Serikat Washington, D.C. di Amerika Serikat

[sunting] Lihat pula

* Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman
* Jabotabek
* Jagorawi
* Pekan Raya Jakarta
* Menara Jakarta
* Daftar bangunan dan struktur tertinggi di Jakarta

[sunting] Catatan kaki

1. ^ "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
2. ^ Setiawati I. Jakarta’s population surpasses 15-year forecast. The Jakarta Post, 19-08-2010.
3. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 12 Januari 2003. ISBN 9812302123.
4. ^ Sesuai data resmi Dinas Kependudukan Jakarta tahun 2005)
5. ^ Biro Pusat Statistik 2010
6. ^ Sensus Penduduk 2010. Biro Pusat Statistik
7. ^ R.L. Forstall, R.P. Greene, and J.B. Pick, Which are the largest? Why lists of major urban areas vary so greatly, Tijdschrift voor economische en sociale geografie 100, 277 (2009), Table 4
8. ^ Thee Liang Gie; Sejarah Pemerintahan Kota Djakarta, Jakarta: Kotapraja Djakarta Raja, 1958, hal. 83.
9. ^ ".. Xacatara por outro nome Caravam ..", Barros, Da Asia decada IV, liv. 1, Cap XII, hlm. 77, dalam laman web Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
10. ^ T.B.G. jilid 19 tahun 1870, hal. 393, dalam Slamet Muljana, Sriwijaya, hal. 72. LKiS, 2006. ISBN 979-8451-62-7. Diakses 22 September 2011.
11. ^ Titik Pudjiastuti, (2007), Perang, dagang, persahabatan: surat-surat Sultan Banten, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 9794616508.
12. ^ Jaketra, Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, www.jakarta.go.id, © 1995 - 2011 Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta, Diakses 23 September 2011.
13. ^ Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
14. ^ Djulianto Susantio, Pendirian Jakarta dan Pangeran Jayakarta, hurahura.wordpress.com, 1 Maret 2010. Diakses 22 September 2011.
15. ^ Wijayakusuma, H.M. Hembing. Pembantaian Massal 1740, Tragedi Berdarah Angke. Pustaka Populer Obor.
16. ^ Alwi Shahab, Koran Republika, 1 Desember 2007
17. ^ Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa, Firman Lubis, Masuo Jakarta, 2008 ISBN 979-3731-46-X
18. ^ Jakarta Kini
19. ^ Tak ada Krisis untuk Konsumtivisme. http://epaper.kompas.com/. Kesalahan: waktu tidak valid.
20. ^ Three Old Sundanese Poems. KITLV Press. 12 Januari 2007.
21. ^ Data pemerintahan tidak ikut menghitung data kependudukan kecamatan Pesanggrahan dan Cilandak di Jakarta Selatan. Kedua kecamatan ini penduduknya adalah 300.000 jiwa atau sekitar 4 % penduduk Jakarta. Data ini tidak mencatat para penganut agama Kong Hu Cu
22. ^ Data Robert Cribb, Historical Atlas of Indonesia (2000:47-51)
23. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 12 Januari 2003.
24. ^ a b c Lance Castles, Profil Etnik Jakarta, Masup Jakarta, 2007
25. ^ Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage: Volume 3, Yayasan Untuk Indonesia, Jakarta Raya (Indonesia), 2005
26. ^ Nederlandsch Indie, Departement van Economischezaken, Volkstelling 1930 Vol. I, Batavia, 1935
27. ^ Sensus Penduduk Tahun 2000
28. ^ Turner, Peter (12 Januari 1997). Java (edisi ke-1st edition). Melbourne: Lonely Planet Publications. hlm. p. 37. ISBN 0-86442-314-4.
29. ^ "Jakarta: When to Go". Lonely Planet. Lonely Planet Publications. 12 Januari 2008. Diakses pada 6 Oktober 2008.
30. ^ "World Weather Information Service - Jakarta".
31. ^ "Taman Medan Merdeka (Indonesian)". Dartmouth deskominfomas. Jakarta.go.id.
32. ^ "Taman Suropati (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id.
33. ^ "Taman Lapangan Banteng (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id.
34. ^ Hasil Peroleh Suara DPD DKI Jakarta
35. ^ Jakarta wraps up vote recapitulation, Democratic Party leads. The Jakarta Post. Edisi 2 Mei 2009 daring. Diakses 2 Mei 2009.
36. ^ 74 Persen Anggota DPRD DKI Wajah Baru. Kompas daring. 4-5-2009.
37. ^ "Ibukota Negara Monumental (Indonesian)".
38. ^ Jakarta Malls and Shopping Centers - Luxury shopping in Indonesia

[sunting] Pranala luar
Search Wikimedia Commons Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:
Jakarta

* (Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi
* (Indonesia) Situs resmi pariwisata
* (Indonesia) Profil Demografi Jakarta
* (Indonesia) Profil Ekonomi Jakarta
* (Indonesia) Profil Wisata Jakarta
* (Indonesia) Ekonomi Regional Jakarta
* (Indonesia) Statistik Regional Jakarta
* (Indonesia) Bahasa Sunda di Kampung Jatinegara Kaum
* (Indonesia) Terbentuknya Provincie West Java dimana Batavia merupakan salah satu keresidenan dalam provinsi tersebut
* (Indonesia) Situs sejarah Jakarta
* (Indonesia) Seputar Jakarta
* (Indonesia) Situs Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI
* (Indonesia) Wacana Pemindahan Ibukota Negara Republik Indonesia dari Jakarta
* (Indonesia)(Inggris) Peta online Jakarta di CyberMap
* (Indonesia)(Inggris) Archives Photos Kesenian sejak 1967
* (Indonesia) Lokasi jalan & Kode Pos
* (Indonesia) Pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan: Lorong Keluar dari Berbagai Paradoks Pembangunan, Menuju Indonesia yang Tertata


[tampilkan]
l • b • s
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
l • b • s
Kota-kota besar di Indonesia
Kota Provinsi Populasi Kota Provinsi Populasi
1 Jakarta DKI Jakarta 9.607.787 Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 7 Depok Jawa Barat 1.738.570
2 Surabaya Jawa Timur 2.765.487 8 Semarang Jawa Tengah 1.555.984
3 Bandung Jawa Barat 2.394.873 9 Palembang Sumatera Selatan 1.455.284
4 Bekasi Jawa Barat 2.334.871 10 Makassar Sulawesi Selatan 1.338.663
5 Medan Sumatera Utara 2.097.610 11 Tangerang Selatan Banten 1.290.322
6 Tangerang Banten 1.798.601 12 Bogor Jawa Barat 950.334
[tampilkan]
l • b • s
Provinsi di Indonesia Bendera Indonesia
[tampilkan]
l • b • s
Ibu kota negara di Asia
LinkFA-star.png
Koordinat: 6°11′ LS 106°50′ BT
Kategori:

* Ibu kota negara di Asia
* Jakarta

* Masuk log / buat akun

* Halaman
* Pembicaraan

* Baca
* Perubahan tertunda
* Sunting
* Versi terdahulu

* Halaman Utama
* Perubahan terbaru
* Peristiwa terkini
* Halaman sembarang

Komunitas

* Warung Kopi
* Portal komunitas
* Bantuan

Wikipedia
Cetak/ekspor
Peralatan
Bahasa lain

* Acèh
* Afrikaans
* አማርኛ
* Aragonés
* العربية
* مصرى
* Azərbaycanca
* Žemaitėška
* Беларуская
* ‪Беларуская (тарашкевіца)‬
* Български
* বাংলা
* བོད་ཡིག
* Brezhoneg
* Bosanski
* Català
* کوردی
* Česky
* Cymraeg
* Dansk
* Deutsch
* Ελληνικά
* English
* Esperanto
* Español
* Eesti
* Euskara
* فارسی
* Suomi
* Français
* Frysk
* Gaeilge
* Gàidhlig
* Galego
* ગુજરાતી
* Hak-kâ-fa
* עברית
* हिन्दी
* Fiji Hindi
* Hrvatski
* Hornjoserbsce
* Kreyòl ayisyen
* Magyar
* Հայերեն
* Interlingua
* Interlingue
* Ilokano
* Ido
* Íslenska
* Italiano
* 日本語
* Basa Jawa
* ქართული
* Қазақша
* Kalaallisut
* ភាសាខ្មែរ
* ಕನ್ನಡ
* 한 국어
* Kurdî
* Kernowek
* Latina
* Lëtzebuergesch
* Lumbaart
* Lietuvių
* Latviešu
* Basa Banyumasan
* Malagasy
* Олык Марий
* Māori
* Македонски
* മലയാളം
* Монгол
* मराठी
* Bahasa Melayu
* Mirandés
* မြန်မာဘာသာ
* مازِرونی
* Nāhuatl
* Nederlands
* ‪Norsk (nynorsk)‬
* ‪Norsk (bokmål)‬
* Novial
* Occitan
* Ирон
* Papiamentu
* Polski
* Piemontèis
* پنجابی
* Português
* Runa Simi
* Română
* Tarandíne
* Русский
* Русиньскый
* Kinyarwanda
* संस्कृतम्
* Саха тыла
* Scots
* Srpskohrvatski / Српскохрватски
* Simple English
* Slovenčina
* Slovenščina
* Shqip
* Српски / Srpski
* Basa Sunda
* Svenska
* Kiswahili
* Ślůnski
* தமிழ்
* తెలుగు
* Tetun
* ไทย
* Türkmençe
* Tagalog
* Türkçe
* ئۇيغۇرچە / Uyghurche‎
* Українська
* اردو
* Vèneto
* Tiếng Việt
* Winaray
* ייִדיש
* Yorùbá
* Žemaitėška
* Vahcuengh
* 中文
* Bân-lâm-gú
* 粵語

* Halaman ini terakhir diubah pada 10.45, 10 Januari 2012.
* Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

* Kebijakan privasi
* Tentang Wikipedia
* Penyangkalan
* Tampilan seluler

* Wikimedia Foundation
* Powered by MediaWiki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates